The Adventure of Learning

Archive for April 2024

Beliau memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI. Di dua sekolah dasar ini beliau juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang. Dalam program ini, beliau juga menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama. Dalam proses pendidikan dasar ini, Adi Hidayat kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, beliau juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri.

Tahun 1997, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-SMA) di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyyah Garut. Ponpes yang memadukan pendidikan Agama dan umum secara proporsional dan telah mencetak banyak alumni yang berkiprah di tingkat nasional dan internasional. Di Ponpes inilah beliau mendapatkan bekal dasar utama dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik umum maupun agama. Guru utama beliau, Buya KH. Miskun as-Syatibi ialah orang yang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan beliau terhadap al-Qur’an dan pendalaman pengetahuan.

Selama masa pendidikan ini beliau telah meraih banyak penghargaan baik di tingkat Pondok, Kabupaten Garut, bahkan Propinsi Jawa Barat, khususnya dalam hal syarh al-Qur’an. Di tingkat II Aliyah bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam program Daurah Tadribiyyah dari Univ. Islam Madinah di Ponpes Taruna al-Qur’an Jogjakarta. Beliau juga seringkali dilibatkan oleh pamannya KH. Rafiuddin Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Banten untuk terlibat dalam misi dakwah di wilayah Banten.

Beliau lulus dengan predikat santri teladan dalam 2 bidang sekaligus (agama dan umum) serta didaulat menyampaikan makalah ilmiah “konsep ESQ dalam al-Qur’an” di hadapan tokoh pendidikan M. Yunan Yusuf. Tahun 2003, beliau mendapat undangan PMDK dari Fakultas Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerjasama dengan Univ. al-Azhar Kairo, hingga diterima dan mendapat gelar mahasiswa terbaik dalam program ospek. Tahun 2005, beliau mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kuliyya Dakwah Islamiyyah Libya yang kemudian diterima, walau mesti meninggalkan program FDI dengan raihan IPK 3,98.

Di Libya, Adi Hidayat muda belajar intensif berbagai disiplin ilmu baik terkait dengan al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh, Lughah, dan selainnya. Kecintaannya pada al-Qur’an dan Hadits menjadikan beliau mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha demi memahami kedalaman makna dua sumber syariat ini. Selain pendidikan formal, beliau juga bertalaqqi pada masyayikh bersanad baik di Libya maupun negara yang pernah dikunjunginya. Beliau belajar al-Qur’an pada Syaikh Dukkali Muhammad al-‘Alim (muqri internasional), Syaikh Ali al-Liibiy (Imam Libya untuk Eropa), Syaikh Ali Ahmar Nigeria (riwayat warsy), Syaikh Ali Tanzania (riwayat ad-Duri). Beliau juga belajar ilmu tajwid pada Syaikh Usamah (Libya). Adapun di antara guru tafsir beliau ialah syaikh Tanthawi Jauhari (Grand Syaikh al-Azhar) dan Dr. Bajiqni (Libya), sementara Ilmu Hadits beliau pelajari dari Dr. Shiddiq Basyr Nashr (Libya). Dalam hal Ilmu Fiqh dan ushul Fiqh di antaranya beliau pelajari dari Syaikh ar-Rabithi (mufti Libya) dan Syaikh Wahbah az-Zuhaili (Ulama Syiria). Beliau mendalami ilmu lughah melalui syaikh Abdul Lathif as-Syuwairif (Pakar bahasa Dunia, anggota majma’ al-lughah), Dr. Muhammad Djibran (Pakar Bahasa dan Sastra), Dr. Abdullâh Ustha (Pakar Nahwu dan Sharaf), Dr. Budairi al-Azhari (Pakar ilmu Arudh), juga masyayikh lainnya. Adapun ilmu tarikh beliau pelajari di antaranya dari Ust. Ammar al-Liibiy (Sejarawan Libya). Selain para masyayikh tersebut, beliau juga aktif mengikuti seminar dan dialog bersama para pakar dalam forum ulama dunia yang berlangsung di Libya.

Di akhir 2009 beliau diangkat menjadi amînul khutabâ, ketua dewan khatib jami Dakwah Islamiyyah Tripoli yang berhak menentukan para khatib dan pengisi di Masjid Dakwah Islamiyyah. Beliau juga aktif mengikuti dialog internasional bersama para pakar lintas agama, mengisi berbagai seminar, termasuk acara tsaqafah Islâmiyyah di channel at-tawâshul TV Libya.

Awal tahun 2011 beliau kembali ke Indonesia dan mengasuh Ponpes al-Qur’an al-Hikmah Lebak Bulus. Dua tahun kemudian beliau berpindah ke Bekasi dan mendirikan Quantum Akhyar Institute, yayasan yang bergerak di bidang studi Islam dan pengembangan dakwah. Kini, Ustadz Adi Hidayat aktif menjadi narasumber keagamaan baik ta’lim, seminar, dan selainnya. Beliau juga giat mengukir pena dan telah melahirkan karya dalam bahasa Arab dan Indonesia, di antaranya:

Di antara karya tulis beliau yang telah dibukukan ialah: Minhatul Jalil Bita’rifi Arudil Khalil (pengantar kaidah puisi Arab, 2010), Quantum Arabic Metode Akhyar (cara cepat belajar bahasa Arab, 2011), Marifatul Insan: pedoman al-Qur’an menuju insan paripurna (2012), Makna Ayat Puasa, mengenal kedalaman bahasa al-Qur’an (2012), AlArabiyyah lit Thullâbil Jâmi’iyyah (Modul Bahasa Arab UMJ, 2012), Menyoal hadits-hadits populer (2013), Ilmu Hadits Praktis (2013), Tuntunan Praktis Idul Adha (2014), Pengantin as-Sunnah (2014), Buku Catatan Penuntut Ilmu (2015), Pedoman Praktis Ilmu Hadits (2016), al-Majmu’, Bekal Nabi Bagi Para Penuntut Ilmu (2016), Manhaj Tahdzir Kelas Eksekutif (2017), Muslim Zaman Now Hafal al-Qur’an Dalam 30 Hari (2018), Bahagia Di bawah Naungan alQur’an dan Sunnah (2018), Pedoman Praktis Umrah (2019), Manusia Paripurna: Kesan, Pesan dan Bimbingan al-Qur’an (2019), Metode At-Taisir – 30 Hari Hafal Al-Quran (2019), dan UAH’s Note (2020).

Saat ini penulis aktif mengajar di berbagai ta’lim keagamaan, menjadi dosen tamu dan luar biasa Universitas, narasumber Kajian Islam, Dewan Pakar Masjid al-Ihsan PTM-VJS Bekasi, serta Direktur Pusat Kajian Islam Quantum Akhyar Institute.

Sumber : https://quantumakhyar.com/uah/

Terjemahan

Silahkan bisa melihat youtube ini

Banyak sekali pendapat tentang jumlah shalawat tarawih

Ulama 1 Ustadz Adi Hidayat

Menurut Ust Dr Syafiq Riza Basalamah

Menurut Buya Yahya

Ust Abdul Shomad

Air liur dan ingus merupakan salah satu cairan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia. Ternyata, air liur dan ingus tersebut termasuk najis jika dalam kondisi tertentu.
Ulama sepakat jika air liur secara umum merupakan suci. Namun, jika air liur tersebut keluar dari dalam perut, maka akan memiliki hukum najis.

“Para ulama merinci status dari kedua cairan ini, air liur secara umum dihukumi suci, kecuali ketika air liur berasal dari dalam perut, maka air liur dihukumi najis,” tertulis di laman NU Online yang dikutip detikSumut, Sabtu (12/8/2023).

Ciri-ciri air liur yang berasal dari perut adalah ketika air liur itu berwarna kuning dan berbau agak busuk (bacin). Hal ini kerap terjadi saat tidur dengan berbaring atau disebut ngences.

Sedangkan status ingus memiliki perincian hukum yang sama dengan air liur, yakni ketika ingus berasal dari dalam perut maka dihukumi najis. Sedangkan ketika berasal dari kepala atau pangkal tenggorokan maka dihukumi suci.

Status hukum ini dijelaskan dalam beberapa kitab mazhab Syafi’iyah. Salah satunya seperti yang tercantum dalam kitab Mughni al-Muhtaj:

والبلغم الصاعد من المعدة نجس بخلاف النازل من الرأس أو من أقصى الحلق والصدر فإنه طاهر والماء السائل من النائم إن كان من المعدة كأن خرج منتنا بصفرة فنجس لا إن كان من غيرها أو شك في أنها منها أو لا فإنه طاهر

“Ingus yang naik dari perut (baca: pencernaan) dihukumi najis. Berbeda ketika ingus yang berasal dari kepala atau dari ujung tenggorokan maka ingus tersebut dihukumi suci. Sedangkan air liur yang mengalir dari mulut orang yang sedang tidur, ada perincian hukum soal ini. Jika berasal dari perut, seperti keluar dengan bau yang bacin dengan warna kuning maka dihukumi najis. Dan dihukumi tidak najis jika berasal dari selain perut. Sedangkan ketika ragu-ragu apakah air liur yang keluar berasal dari perut atau bukan, maka air liur tersebut dihukumi suci.” (Syekh Khatib as-Syirbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, hal. 79)

Pembatasan cakupan hukum air liur dari mulut orang yang sedang tidur seperti di atas tidaklah bersifat penentuan secara khusus hanya dalam keadaan tidur. Pengkhususan keadaan tidur dalam referensi tersebut karena umumnya air liur yang najis dengan ciri-ciri yang dijelaskan di atas, biasa ditemukan pada orang yang sedang tidur.

Selain itu, ketika air liur bercampur dengan darah seperti darah dari gusi di mulut, maka air liur itu menjadi najis. Karena darah gusi adalah najis, dan ketika air liur bercampur dengan darah gusi atau darah yang lain maka hukumnya berubah menjadi najis.

Namun, apabila seseorang memiliki gusi yang terus menerus mengeluarkan darah, sehingga air liur selalu bercampur dengan darah gusi maka dihukumi najis yang ma’fu atau ditoleransi. Sehingga air liur meski bercampur dengan darah gusi tetap dihukumi suci

Ketentuan ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Nihayah al-Muhtaj:

ولو ابتلي شخص بالقيء عفي عنه منه في الثوب وغيره كدم البراغيث
ـ (قوله: بالقيء عفي عنه) ومثله بالأولى لو ابتلي بدم اللثة والمراد بالابتلاء به أن يكثر وجوده بحيث يقل خلوه منه

“Jika seseorang diberi cobaan berupa muntah (secara terus menerus), maka muntahan dihukumi najis yang di ma’fu ketika berada di pakaian atau benda lainnya seperti halnya ditoleransinya (ma’fu) darah nyamuk.”

“Seperti halnya muntah dalam hal di-ma’fu-nya najis, hal yang sama (secara qiyas aulawi) juga berlaku ketika seseorang diberi cobaan berupa keluarnya darah gusi. Yang dimaksud dengan ‘diberi cobaan dengan darah gusi’ adalah keluarnya darah secara terus-menerus, sekiranya jarang sekali ditemukan (air liur) yang tidak bercampur dengan darah gusi.” (Syihabuddin Ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj, juz 2, hal. 284)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum status air liur dan ingus adalah suci. Kecuali air liur dan ingus itu berasal dari dalam perut, seperti yang biasa terjadi pada orang yang sedang tidur, maka status dua cairan tersebut berubah menjadi najis.

Air liur juga dapat berubah menjadi najis jika bercampur dengan darah, seperti darah di gusi. Namun ketika seseorang sering keluar darah gusinya, maka air liur tetap dihukumi suci.

Baca artikel detiksumut, “Ternyata Air Liur dan Ingus Termasuk Najis Jika dalam Kondisi Ini” selengkapnya https://www.detik.com/sumut/berita/d-6872451/ternyata-air-liur-dan-ingus-termasuk-najis-jika-dalam-kondisi-ini.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Satu sha disebut sebagai ukuran zakat fitrah. Sha adalah wadah yang digunakan untuk minum seperti gelas. Satu sha merupakan ukuran wajib zakat fitrah untuk zakat per individu yang didasarkan pada hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Hadits itu dikutip sebagai berikut:

عَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: – فَرَضَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – زَكَاةَ اَلْفِطْرِ, صَاعًا مِنْ تَمْرٍ, أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ: عَلَى اَلْعَبْدِ وَالْحُرِّ, وَالذَّكَرِ, وَالْأُنْثَى, وَالصَّغِيرِ, وَالْكَبِيرِ, مِنَ اَلْمُسْلِمِينَ, وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ اَلنَّاسِ إِلَى اَلصَّلَاةِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْه

Artinya, “Dari Ibnu Umar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha‘ kurma atau satu sha‘ gandum bagi setiap budak, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa dari kalangan Muslimin. Rasulullah SAW memerintahkan pembayarannya sebelum orang-orang keluar rumah untuk shalat Id,” (HR Bukhari dan Muslim).

Sha merupakan satuan takaran yang setara dengan empat mud. Sedangkan satu mud adalah besar cakupan penuh dua telapak tangan orang dewasa pada umumnya. Dengan demikian, satu sha memuat empat kali cakupan penuh dua telapak tangan orang dewasa sebagaimana pandangan Mazhab Maliki berikut ini.

وزكاة الفطر صاع (أربعة أمداد) والمد: حفنة ملء اليدين المتوسطتين

Artinya, “Zakat fitrah sebesar satu sha, (empat mud). Satu mud adalah cakupan penuh dua telapak tangan pada umumnya,” (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1985 M/1405 H], cetakan kedua, juz II, halaman 910).

Ulama Mazhab Hanbali memiliki pandangan yang sama dengan pendapat Mazhab Maliki. Menurut Mazhab Hanbali, ukuran satu sha setara dengan empat mud. Satu mud merupakan cakupan penuh dua telapak tangan orang dewasa pada umumnya.

ومقدارها صاع عراقي وهو أربع حفنات بكفي رجل معتدل القامة؛ لأنه الذي أخرج به في عهده صلّى الله عليه وسلم

Artinya, “Ukuran zakat fitrah sebesar satu sha Iraq, yaitu empat cakupan penuh dua telapak tangan pria pada umumnya karena satu sha ini menjadi ukuran zakat yang dikeluarkan di zaman Rasulullah SAW,” (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1985 M/1405 H], cetakan kedua, juz II, halaman 911).

Sha adalah ukuran takaran. Dengan demikian, ia tidak mudah untuk dikonversi ke dalam timbangan atau ukuran berat. Pasalnya, ukuran berat satu sha berbeda-beda di masing-masing daerah. Tetapi satu sha yang merupakan ukuran takaran tetap dapat dikonversi ke dalam ukuran berat atau timbangan melalui ritl (mata uang) dan gram. Konversi ukuran dari satuan takaran ke ukuran berat ini melahirkan perbedaan pandangan ulama perihal besaran zakat fitrah berupa makanan pokok. Sedangkan konversi zakat fitrah dari makanan pokok ke dalam bentuk uang dalam

Mazhab Hanafi juga melahirkan perbedaan besaran di masing-masing daerah. Satu sha menurut Mazhab Hanafi setara dengan delapan ritl Iraq. Satu ritl Iraq setara dengan berat 130 dirham. Dalam ukuran gram, satu sha setara dengan 3.800 gram (3,8 kg). Sementara satu sha menurut Mazhab Hanbali setara dengan 2.751 gram (2,75 kg). Adapun menurut Mazhab Syafi‘i, satu sha setara 685 5/7 dirham atau lima 1/3 ritl Baghdad. Mazhab Maliki memiliki pandangan yang sama dengan Mazhab Syafi‘i, satu sha setara 685 5/7 dirham atau lima 1/3 ritl Baghdad. Ad-Daruquthni meriwayatkan hadits dari Imam Malik bin Anas bahwa sha yang digunakan Nabi Muhammad SAW berukuran lima 1/3 ritl Iraq, (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1985 M/1405 H], cetakan kedua, juz II, halaman 911). Jika dikonversi ke dalam satuan berat, maka ukuran sha menurut Mazhab Syafi‘i setara  dengan 2751 gram (2,75 kg). Jadi satu sha itu setara dengan:

1. 3,8 kg menurut Mazhab Hanafi.

2. 2,75 kg menurut Mazhab Maliki.

3. 2,75 kg menurut Mazhab Syafi’i.

4. 2,75 kg menurut Mazhab Hanbali.

Konversi ukuran dari satuan takaran ke ukuran berat ini melahirkan perbedaan pandangan ulama perihal besaran zakat fitrah berupa makanan pokok. Sedangkan konversi zakat fitrah dari berat makanan pokok ke dalam bentuk uang dalam Mazhab Hanafi juga melahirkan perbedaan besaran sesuai dengan makanan pokok yang ditimbang. Kurma, kismis, gandum, atau beras dengan berat yang sama tentu menghasilkan besaran yang berbeda bila dinominalkan dalam bentuk rupiah. Sedangkan masyarakat Indonesia biasanya membayarkan zakat fitrah sebesar 2,5 kg atau 3,5 liter beras berdasarkan kesepakatan ulama di Indonesia. Meski demikian, semua pendapat ini merupakan turunan dari kata “sha” yang disebutkan di dalam hadits di awal tulisan. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

Sumber: https://islam.nu.or.id/syariah/1-sha-berapa-liter-beras-2uSx4

___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)

Siapakah Abu Ja’far bin Jarir yang terkenal dengan kitab tarikh atthabari kitabnya Tarikh Ar-Rusul wal Muluk

Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Jarir_ath-Thabari

Link : https://media.neliti.com/media/publications/339669-al-tabari-dan-penulisan-sejarah-islam-te-a79ebb10.pdf

Link mempelajari kitab2 : https://kapasan-darulfalah.blogspot.com/2013/07/download-kitab-tarikh-ath-thabari.html

Judul kitab : Tarikhur Rusul Wal Muluk

Penulis : Imam Abu Ja’far Muhammad bin jarir Ath-Thobari

Muhaqqiq : Muhammad Abul Fadhl Ibrohim

Penerbit : Darul Ma’arif, Kairo – Mesir

Cetakan : Kedua

Tahun terbit : –

Link download (PDF) : CoverMuqoddimah Juz 1 Juz 2 Juz 3 Juz 4 Juz 5 Juz 6 Juz 7 Juz 8 Juz 9 Juz 10 Juz 11

Salah satu kitab shahih tafsir Atthabari bisa dinikmati membaca online

https://anyflip.com/xnccs/wspv

Buku Fisik yang terjemahan di INdo juga sudah ada banyak dijual di Online

Judul asli : Shahih tarikh Ath-Thabari
Pembahasan :
Jilid 1 : kisah para Nabi dan sejarah pra pengutusan Nabi Muhammad saw
Jilid 2 : kisah haji wada’, wafatnya Khadijah, bai’at aqobah I & II, pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Zainab, ciri-ciri fisik Nabi Muhammad saw
Jilid 3 : keutamaan Abu Bakar Shiddiq, pemurtadan yang terjadi pada masa Abu Bakar, pembebasan negeri Syam dan Damaskus, pembangunan kota Bashrah
Jilid 4 : masuknya agama Islam ke Afrika, wafatnya Muawiyyah bin Abu Sofyan, pemerinatahan Abu Ja’far al Manshur, pemerintahan Harun Ar-Rasyid

———–

Ath-Thabari merupakan sejarawan Muslim hidup abad 10 Masehi kelahiran negeri Persia. Hampir seluruh informasi sejarah Islam diambil oleh ulama maupun peneliti dari Thabari. Buku yang puluhan jilid dalam bahasa Arab ini diterjemahkan dalam bahasa  Inggris menjadi 40 jilid dengan judul The History of Thabari. William Montgomery Watt, ahli Islam dari Barat, pun menerjemahkan buku Tarikh Ar-Rasul wal Muluk.

Puluhan jilid kitab Tarikh Ar-Rasul wal Muluk yang berbahasa Arab ini kemudian diseleksi oleh Muhammad bin Thahir Al-Barzanji menjadi empat jilid. Diberi judul Shahih Tarikh Ath-Thabari, yang berarti memuat riwayat yang sahih dari karya Ath-Thabari. Tentu saat menyeleksi ada ketentuan ilmiah yang dijadikan pedoman saat memilah dan memilih dari berbagai riwayat yang terhimpun pada karya Thabari.


My FB

Masukkan email dulu utk langganan

Join 1 other subscriber

Ym ku

RSS VivaNews

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

Ubuntu User

The Ubuntu Counter Project - user number # 24008

The Ubuntu Counter Project - user number # 24008

The Ubuntu Counter Project - user number # 24008

Statistik

  • 115,955 hits

Statistik