The Adventure of Learning

Kata Hikmah Umar bin Khatab

Posted on: 30 June 2019

Umar ibn Al Khattab, satu dari empat Khulafaur Rasyidin yang menambat hati saya, *hihihi*. Kalau kita pernah studi tentang Kepemimpinan Dua Umar, kita akan memahami betapa mempesonanya pribadi Umar ini, walau tak layak mengagumi tanpa meneladani.

Ya Allah, berikan aku harta di dunia tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, sehingga aku tidak melampaui batas dan juga tidak melupakan tanggung jawabku. Jumlah yang kecil dan sedikit lebih baik daripada besar tetapi menyebabkan lupa padaMu. Ya Allah, umurku bertambah dan telah banyak hilang kekuatanku, tetapi kewajibanku semakin bertambah. Panggillah aku ketika aku bisa memenuhi tanggung jawabku, tanpa meninggalkan salah satupun.

Bagi kita yang menonton serial Omar, tentu doa ini tidak asing di telinga. Doa Umar saat umrah, yang diulas pada episode pertama. Saya tidak akan menulis opini saya tentang Umar, tetapi, saya akan menulis ulang beberapa catatan pribadi saya tentang Amirul Mukminin yang luar biasa ini.

Seorang shahabat bertanya kepada Umar ketika mereka sedang melewati padang pasir dan Umar berhenti memandang sekumpulan gembalaan beserta penggembalanya dari jauh. Dia bertanya, “Apa kau berhenti untuk istirahat disini, wahai Amirul Mukminin?”. Umar hanya menangis. Shahabat itu lanjut bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, Amirul mukminin?”. Umar menjawab, “Syukurku kepada nikmatNya yang sangat banyak dan ketakutanku atas cobaan yang mengujiku. Tidak ada sesembahan selain Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung yang memberikan apa-apa yang Dia senangi kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Aku bisa melihat diriku sendiri menggembala unta Al Khattab di lembah ini. Dia orang yang kasar, keras, dan mempekerjakanku hingga aku lelah. Dia memukulku jika aku malas. Sekarang, aku berada di posisi yang tidak ada seorangpun menghalangiku dengan Allah.

Umar juga pernah menyampaikan, sebelum masa kenabian, ketika seseorang meminta ijin untuk menggunakan sumur (untuk minum air) tempat ia menggembala, “Seorang yang mulia memberikan secara halus dimana ia menolak untuk berbuat kasar.

Ungkapan lain yang pernah juga disampaikan Umar adalah, “Aku tidak mau kerja yang lebih ringan, tapi aku ingin tubuh yang kuat.

Barangsiapa yang memenuhi janji, tidak akan dikecam. BArangsiapa teguh dalam pendirian, tidak akan goyah. Barangsiapa takut akan kematian, maka kematian akan menguasainya, walaupun dia lari dengan menggunakan tangga menuju langit. Barangsiapa yang berkecukupan tapi menolak untuk menolong orang lain, akan tidak diakui dan dikecam.

Ketika Umar diminta untuk menjaga gembalaannya siang dan malam, saudara kandungnya (Zaid bin Khattab) menjenguknya dan memilih turut menemani berjaga malam itu di tengah padang pasir. Umar menyampaikan kepada saudaranya itu, “Aku tidak mengeluh berada tdi tempat terbuka ini. Kehidupan memberikan kau kejernihan pikiran, ketajaman penglihatan, perasaan yang murni, dengan tanpa hambatan. ….. Dan untuk unta, ketika kau memperlakukan mereka seperti yang aku lakukan, kau akna menyadari bahwa mereka butuh pengurusan yang layak. Kau akna bisa mengurusi mereka secara individual. Tiap-tiapnya memiliki perangai, kebiasan, kebutuhan, dan kemampuannya sendiri. Tiapnya berkumpul dengan kawanannya, tetapi tidak ada dua unta yang identik. Ketika kau menyadari penuh akna hal ini, kau mengurus mereka sebagai kawanan, tapi kau melihat mereka sebagai individu. Kau akan baik kepada mereka sebagaimana ibu kepada anak-anaknya. Dimana ini berlaku untuk unta, inipun lebih berlaku lagi kepada manusia. Hidup mereka tak akan berkembang sampai mereka punya pemimpin yang mengurus urusan mereka. Barangsiapa yang memberontak akan binasa. Serigala hanya akan menyerang domba yang sendirian. Jika orang-orang bersatu, tiap orang tersebut akan memiliki sifat dan pikirannya sendiri. Mereka akan mengejar langkahnya sendiri, kepentingan, dan apa yang diinginkan oleh mereka. Tidak ada satupun yang bisa menggantikan yang lain. Jika tidak seperti itu, manusia tidak akan butuh kepada yang lain, tidak ada yang butuh pada apa yang dimiliki orang lain. Maka bersama-sama adalah bagaimana mengatur kepribadian mereka dan perbedaan mereka sehingga mereka bersatu.

Ucapan itu lahir dari lisan Umar, pemilik benih keemasan, justru jauh sebelum dia menjadi muslim. Seperti kata Nabi, bahwa emas akan tetap menjadi emas, ia hanya berubah label, apakah ia emas kejahiliyahan, atau emas kemuliaan.

Suatu hari, pasca Fathu Makkah, di depan Darun Nadwah, berkumpul para pemuda mulia, Khalid, Amr bin Ash, Salim, Umar dan sebagainya.

Seseorang berkata, “Umar, aku menyesali perbuatanku dulu..

Umar menjawab, “Jangan putus asa dengan yang sudah terjadi, kecuali untuk membangun semangat yang akan datang. Banyak sekali orang berbuat baik dan berbangga-bangga dan akhirnya binasa. Dan betapa banyak sekali orang yang dulunya melakukan kejelekan, kemudian menyesal dan terus mengintrospeksi diri hingga akhirnya termasuk orang-orang yang masuk surga lebih dulu.

Shahabat lain menyahut, “Indah sekali untaian kata-katamu, Umar. Beruntung sekali kaum yang kau pimpin. Dan sekarang kita tahu, bahwa kau mengorbankan diri untuk kita. Maka ketika kami membunuhmu, sesungguhnya kami sedang membunuh diri kami sendiri. Segala puji bagi Allah yang telah menolongmu dan membebaskan kami dari kemusyrikan.

Umar berkaca-kaca mendengar ucapan tersebut.

Salim menambahkan, “Hal ini hampir menjadi kenyataa, dan semua orang Arab akan masuk Islam. Padahal mereka pengikut Quraisy.

Umar menangis dan terdiam.

Khalid bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, Wahai Umar? Padahal Islam sudah hampir jaya seperti yang Salim katakan.”

Umar menjawab, “Aku takut terhadap Allah, jika yang aku lakukan ini bukanlah menyempurnakan Islam, akan tetapi sebaliknya..

Umar lalu pergi sambil menangis.

———

Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illalah wallahu akbar.

Jika kita menanyai diri masing-masing, kemana kita mencari sosok Umar hari ini? Adakah? sebelum menunjuk orang lain, tengok diri kita? adakah kita miliki sedikit saja perangai itu dalam diri kita?

Sahabat, saya sendiri kagum kepada Umar. Pribadinya yang menawan; keras terhadap dirinya sendiri, adil dan bijak terhadap kepentingan orang banyak. Mungkin banyak dari kita yang mengagumi banyak tokoh inspiratif, Umar-umar masa kini (walau tak mampu menyaingi derajat Umar). Akan tetapi sahabat, seberapa pentingkah mengagumi orang lain?

Leave a comment

My FB

Masukkan email dulu utk langganan

Join 1 other subscriber

Ym ku

RSS VivaNews

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

Ubuntu User

The Ubuntu Counter Project - user number # 24008

The Ubuntu Counter Project - user number # 24008

The Ubuntu Counter Project - user number # 24008

Statistik

  • 116,152 hits

Statistik